Nama ‘Sintren’ dalam tarian ini
berasal dari suku kata ‘Si’ yang berarti dia dan ‘tren’ yang merupakan
panggilan dari seorang ‘putri’. Tarian Sintren ini berasal dari Pulau Jawa
khususnya di Cirebon.
Meskipun khas Cirebon, tapi
beberapa daerah lain juga diketahui melakukan atau mempunyai tarian yang sama.
Misalnya saja Indramayu, Majalengka, Banyumas, Kuningan, Tegal, Pemalang,
Majalengka dan wilayah jawa tengah yang lain. Tarian Sintren di beberapa kota
ini tak memiliki perbedaan yang mencolok. Kurang lebih hampir sama.
Tarian Sintren ini dilakukan oleh
seorang gadis perawan yang diiiringi enam orang pemain gending. Musik yang
dimainkan tidak hanya gending saja melainkan alat musik yang berbahan gambyung
atau tembikar serta kipas dari bambu sehingga dapat menimbulkan musik yang khas
Unsur-unsur dalam tarian ini memiliki simbol masing-masing. Penari Sintren,
yaitu si gadis perawan fokus sebagai pemain utamanya. Perlengkapan tarian
seperti kurungan besar, sesaji, tali dan kemenyan sebagai doa pemanggil roh bidadari.
Gerakan sebagai simbol roh bidadari telah masuk dalam tubuh gadis. Iringan
musik tradisional dan tata rias penari disimbolkan bahwa si gadis telah
dikendalikan oleh roh bidadari. Pakaian yang dikenakan biasanya menggunakan
baju golek dan celana cinde.
Bentuk pertunjukan Tarian Sintren
Awalnya tangan gadis penari ini diikat oleh semua pawang dalam keadaan tidak
berdandan. Kemudian, mereka memasukkan gadis itu ke dalam kurungan sempit.
Ajaibnya, setelah kurungan bergetar, maka si gadis penari itu keluar dari
kurungan sempit tersebut. Setelah itu, si gadis itu tampil dengan penampilan
yang berbeda dari keadaan semula. Kedua tangan gadis itu tidak terikat lagi.
Penampilannya sudah berdandan cantik dengan mengenakan kacamata hitam. Gadis
penari Tarian Sintren ini siap menari tanpa kendali atau menari dalam keadaan
kesurupan. Sebutan-sebutan gerakan dalam bermain Sintren Sebelum menari, ritual
pertama yang dilakukan adalah ritual Dupan yaitu melaksanakan doa bersama agar
terlindung dari marabahaya. Seorang pawang yang menyiapkan gadis sebagai penari
disebut Paripurna.
Empat pemain pendamping lainnya
merupakan bagian tugas dari seorang Dayang. Ketika penonton melemparkan sesuatu
ke arah penari Sintren disebut juga Balangan. Biasanya penari pingsan di tengah-tengah
gerakan dan melanjutkannya kembali saat pawang membacakan mantra. Lalu gerakan
terakhir adalah Temohon dimana gadis penari akan mendatangi penonton dan
penonton akan memberikan uang sebagai ucapan terima kasih. Nah, itulah beberapa
informasi yang bisa kita ketahui tentang sejarah dan mitos Tarian Sintren.
Terlepas dari unsur mistis yang kental terhadap tarian ini, sudah jadi tugas
kita untuk menjaga serta melestarikannya. Jangan ditinggalkan apalagi dibiarkan
sampai akhirnya diklaim oleh negara lain.
0 Komentar